Dilihat: 9x

Padangsidimpuan , jurnalpolisi.id

Aroma busuk dari skandal proyek infrastruktur yang menyeret sejumlah pihak di Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) belum juga hilang.

Sabtu siang, 12 Juli 2025, puluhan mahasiswa dari berbagai organisasi kampus berkumpul di Sihitang, Padangsidimpuan Tenggara.

Mereka menggelar Simposium Kepemudaan bertajuk “Usut Tuntas Skandal Proyek OTT di Wilayah Tapanuli Bagian Selatan”.

Forum tersebut diinisiasi oleh Forum Mahasiswa Tapanuli Bagian Selatan Bersatu, sebuah koalisi mahasiswa dari berbagai organisasi dan kampus di kawasan Tabagsel.

Sekitar 70 peserta memenuhi aula simposium, membicarakan proyek bermasalah yang belakangan menyeruak ke permukaan lewat operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Simposium dibuka oleh Arjuladi Harahap, yang menjadi moderator diskusi. Dalam sambutannya, ia menyebut forum ini sebagai ruang intelektual untuk mengupas tuntas skandal proyek jalan nasional (PJN) di Sumatera Utara wilayah I, yang pada 26 Juni lalu menjadi sorotan nasional pasca penindakan KPK.

“Forum ini bukan sekadar ajang curah pendapat,” kata Arjuladi, “tapi bentuk tanggung jawab intelektual mahasiswa untuk merespons kasus korupsi yang mencederai daerah kami.”

Ahmat Rasyif Rambe, salah satu inisiator forum dan navigator acara, menegaskan bahwa pertemuan itu merupakan bentuk konsolidasi moral mahasiswa lintas kampus dan daerah.

“Mahasiswa hadir dari berbagai latar belakang, menyuarakan satu sikap mengecam keras para koruptor yang mempermalukan Tabagsel,” ujarnya di tengah tepuk tangan peserta.

Diskusi berlangsung dinamis. Mahasiswa dari berbagai daerah dan organisasi menyampaikan pandangan mengenai dampak politik dan sosial dari kasus tersebut.

Mereka mengkritik lemahnya pengawasan anggaran, serta dugaan keterlibatan elite lokal dalam proyek jalan yang mestinya menopang konektivitas antardaerah itu.

Salah satu suara yang lantang datang dari Rasyidin Hasibuan, perwakilan Lembaga Humas Tabagsel. Dalam forum tersebut, ia menyebut korupsi sebagai penyakit yang merusak masa depan Tabagsel.

“Kita harus musnahkan para koruptor dari daerah ini. Kita ingin dikenal lewat prestasi dan pembangunan yang merata, bukan karena maraknya skandal,” ucap Rasyidin.

Dari kediamannya di Padangsidimpuan, Abu Fattah Harahap, Ketua Rakyat Awasi Tabagsel, memberikan tanggapan terkait kegiatan tersebut.

Ia menyambut positif langkah mahasiswa yang secara konsisten menyuarakan sikap kritis terhadap praktik korupsi di daerah.

“Kegiatan ini patut diapresiasi. Ini adalah bentuk kesadaran kolektif generasi muda untuk menjaga marwah daerah. Ketika mahasiswa sudah bicara, maka masyarakat seharusnya ikut mendengar dan bergerak,” ujar Fattah.

Ia menambahkan bahwa sinergi antara mahasiswa, masyarakat, dan media sangat penting dalam mengawal proses penegakan hukum.

“KPK tidak bisa bekerja sendirian. Butuh dorongan moral dari publik agar kasus ini tidak berhenti di meja penyidikan saja,” katanya.

Sebagai penutup, forum membacakan pernyataan sikap yang terdiri dari enam poin. Mereka menyatakan:

  1. Mengutuk keras pelaku korupsi di wilayah Tapanuli Bagian Selatan.
  2. Mendukung KPK RI untuk mengembangkan kasus OTT secara menyeluruh.
  3. Menuntut KPK mengungkap seluruh dalang proyek PJN, baik individu maupun kelompok.
  4. Mendesak penetapan tersangka dilakukan tanpa tebang pilih.
  5. Meminta transparansi penuh dalam proses penyidikan.
  6. Mengajak seluruh elemen masyarakat mengawal pembangunan daerah.

Deklarasi sikap dibacakan langsung oleh Ahmat Rasyif Rambe. Ia menegaskan bahwa mahasiswa tidak akan diam dan akan terus mengawal kasus ini hingga tuntas.

“Jika perlu, kami akan turun ke jalan dan mendatangi lembaga penegak hukum,” katanya.

Simposium ini mempertegas bahwa isu korupsi di Tabagsel bukan hanya soal hukum, tapi juga soal martabat daerah.

Di tengah apatisme dan lemahnya respon elite politik, mahasiswa mengambil sikap melawan lupa, menolak diam.

Forum ini dihadiri oleh berbagai organisasi, antara lain JMB Tabagsel, Ampun Tabagsel, IMPS, HUMAS Tabagsel, FK-MPRI, Aliansi Pemuda Bela Keadilan, SERMA Tapsel, Gema Tabagsel, Macan Tabagsel, FMPRI, AMPK Tabagsel, dan Aliansi Himpunan Mahasiswa Peduli Keadilan Tabagsel.
(P.Harahap)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *