Dilihat: 6x

Padangsidimpuan, jurnalpolisi.id

Dua oknum guru diduga terlibat perbuatan asusila sesama jenis di lingkungan Masjid Al Hidayah Padangsidimpuan. Kasusnya nyaris tenggelam dalam perdamaian informal yang tak benar-benar menjawab pertanyaan publik. Jumat 9 Mei 2025, Masjid Al Hidayah di Lingkungan Unte Manis, Kelurahan Losung Batu, tampak lengang.

Di teras masjid yang berada di pinggir Jalan Lintas Sidimpuan Sibolga, dua pria terlihat berduaan. Mereka bukan orang asing. EH dan IS, dua guru di bawah naungan Kementerian Agama Kota Padangsidimpuan, sudah beberapa kali terlihat akrab di lokasi itu.

Namun malam itu berbeda. Sejumlah warga yang curiga mengintai keduanya. Dugaan mereka terbukti warga mengklaim memergoki keduanya dalam situasi yang “tak pantas”.

“Ada videonya, kami rekam sendiri,” kata seorang warga yang meminta namanya disamarkan. Namun video itu kini tak ada. “Sudah dihapus, karena katanya sudah damai,” tambahnya.

Kabar itu memang tidak langsung mencuat ke publik. Menurut informasi yang dihimpun , tak lama setelah kejadian, kedua pria itu sempat dihajar massa.

Ketegangan mereda setelah digelar pertemuan warga yang berujung pada “perdamaian”. Selembar surat pernyataan ditandatangani, video dihapus, dan cerita itu nyaris hilang ditelan malam.

Namun jejak digital bicara lain. Seorang perempuan sempat mengunggah video perdamaian ke media sosialnya dengan narasi yang mengarah pada dugaan perbuatan asusila sesama jenis. Beberapa jam kemudian, video itu dihapus.

Sebagai gantinya, muncul video klarifikasi dan permohonan maaf yang dibaca dari teks. “Seperti disuruh,” ujar warga lainnya.

Team berusaha mengonfirmasi ke pihak-pihak terkait. Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1, tempat EH mengajar sebagai guru PNS, tidak merespons saat didatangi maupun dihubungi lewat telepon.

Seorang guru di sana hanya mengatakan bahwa pihak sekolah sudah mengetahui kabar itu dan tengah menelusurinya.

Sementara IS, guru swasta di Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Mutiara, juga belum bisa ditemui. Beberapa pegawai sekolah yang dikunjungi menyatakan belum mengetahui perihal itu.

Kepala Lingkungan Unte Manis, Samudin Ritonga, juga belum bisa dikonfirmasi. Rumahnya kosong, pesan melalui WhatsApp tidak dibalas.

Sedangkan Lurah Losung Batu, Hendri Nainggolan, membenarkan bahwa ada masalah yang melibatkan dua pria bukan warga setempat.

“Kepala Lingkungan bilang itu hanya salah paham. Sudah diselesaikan dan ada surat pernyataan,” katanya melalui sambungan telepon.

Ketika ditanya apakah masalah itu menyangkut asusila sesama jenis, Hendri tak menampik. “Saya dengar kabar itu.

Tapi sesuai laporan resmi, tidak disebutkan begitu,” ujarnya, mengacu pada pernyataan lisan dari kepala lingkungan.

Aktivis Mahasiswa, dan Ketua NNB di LINK III Batunadua Kota Padangsidimpuan, Salam, menilai pemerintah dan Kementerian Agama terkesan cuci tangan dalam menyikapi kasus ini.

Ia menyebut ada kecenderungan pembiaran yang justru membuka ruang bagi praktik-praktik penyimpangan untuk terus terjadi di lingkungan pendidikan dan tempat ibadah.

“Jangan berlindung di balik kata ‘perdamaian’. Ini bukan kasus sengketa tanah atau salah paham di warung kopi. Ini soal dugaan tindakan asusila di lingkungan masjid oleh tenaga pendidik. Kalau ini dibiarkan, apa yang kita ajarkan ke generasi muda?” kata Salam kepada Awak Media, Rabu siang.

Menurutnya, penyelesaian informal yang tanpa proses hukum menjadi preseden buruk. Ia mendesak Pemkot Padangsidimpuan dan Kemenag mengambil langkah tegas dan transparan.

“Kalau memang tak terbukti, ya klarifikasi. Tapi kalau terbukti, jangan ditutupi hanya demi menjaga citra institusi. Ini soal moral publik,” tegasnya.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Kantor Kementerian Agama Kota Padangsidimpuan. Sorotan publik kini tertuju pada bagaimana kasus ini akan ditangani apakah sebagai sekadar salah paham, atau justru sebagai skandal yang sengaja dikaburkan.
(P.Harahap)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *