kalimantan – jurnalpolisi.id
Memasuki musim pancaroba di Kalimantan Timur, khususnya di Kota Balikpapan, jajaran Kepolisian Resor Kota (Polresta) Balikpapan bersama instansi terkait dan tokoh masyarakat terus mengintensifkan kegiatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Langkah ini dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekaligus mencegah pencemaran udara akibat asap kebakaran.
Kapolresta Balikpapan, Kombes Pol Anton Firmanto, S.H., S.I.K., M.Si., menyampaikan bahwa wilayah Balikpapan termasuk daerah yang rawan karhutla, terutama di lahan kosong dan kawasan padat pemukiman. Karena itu, pihaknya bersama stakeholder terkait terus menggaungkan gerakan mitigasi dan edukasi kepada masyarakat.
“Pencegahan lebih baik daripada pemadaman. Upaya yang dilakukan bukan hanya untuk melindungi lingkungan, tetapi juga menjaga kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan warga,” ujar Kapolresta.
Adapun langkah-langkah mitigasi yang dilaksanakan Polresta Balikpapan antara lain:
Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan.
Mencegah pencemaran udara akibat asap kebakaran.
Memberikan edukasi tentang bahaya karhutla dan cara pencegahannya melalui sosialisasi maupun kegiatan bersama warga.
Menyampaikan layanan darurat yang bisa dihubungi, seperti BPBD/Pemadam (113) dan Call Center Polresta Balikpapan (110).
Selain itu, Polresta Balikpapan juga menggandeng instansi terkait serta tokoh masyarakat untuk memperkuat kesadaran kolektif mengenai bahaya karhutla. Kegiatan ini sejalan dengan program pemerintah dalam upaya menekan potensi kebakaran lahan yang berdampak luas terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Kasi Humas Polresta Balikpapan, Ipda Sangidun, berharap masyarakat semakin peduli dan waspada.
“Dengan upaya pencegahan ini, kami mengajak masyarakat menjaga lingkungan agar tetap lestari. Karhutla dapat dicegah jika kita semua berperan aktif,” ungkapnya.
Hingga kini, jajaran Polresta Balikpapan terus melaksanakan patroli pencegahan dan sosialisasi. Polresta menegaskan, menjaga lebih baik daripada menunggu bencana terjadi, karena pemadaman karhutla memerlukan waktu, biaya, serta menguras tenaga dan kenyamanan warga.
(Alfian )