Dilihat: 6x

Kerinci – jurnalpolisi.id

Dalam suasana yang sarat makna dan kesakralan, ribuan pasang mata tertuju pada panggung adat Kenduri Sko Duo Luhah Pendung, Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi di tengah iringan doa, denting gong, dan kain adat yang berkibar tertiup angin pegunungan, satu sosok berdiri tegak—Bupati Kerinci, Monadi hadir bukan hanya sebagai pemimpin pemerintahan, melainkan sebagai anak jantan Kerinci yang merawat warisan leluhur.

Kehadiran Monadi pada Sabtu (05/07/2025) tersebut menandai babak penting dalam pelestarian adat istiadat lokal yang kian terdesak oleh modernisasi. Kenduri Sko, sebuah tradisi tua yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Duo Luhah Pendung, kembali digelar sebagai wujud syukur, penghormatan terhadap leluhur, dan penguatan identitas budaya.

“Ini bukan hanya seremoni, ini adalah bagian dari jiwa masyarakat Kerinci. Pemerintah akan terus mendukung pelestarian budaya daerah seperti Kenduri Sko ini,” ujar Bupati Monadi dalam sambutannya, disambut riuh tepuk tangan dan seruan haru para tetua adat.

Kenduri Sko tak sekadar perhelatan seremonial. Ia adalah upacara yang mengikat jalinan nilai, mempertemukan generasi muda dan tua dalam satu ruang adat, menenun kembali makna kebersamaan di antara kabut dan dingin Air Hangat. Prosesi ini menyatukan tokoh adat, masyarakat umum, hingga perantau yang pulang kampung demi menyaksikan momen langka tersebut.

Ritual pembacaan syair adat, pengangkatan Sko, serta simbolisasi kekuatan hukum adat menjadi inti dalam kenduri ini. Setiap langkah memiliki makna. Setiap kain batik yang dikenakan adalah cermin sejarah. Setiap tetes air sirih adalah restu dari leluhur.

Dalam konteks pembangunan, kehadiran pemimpin daerah di tengah acara adat seperti ini memiliki makna yang lebih luas. Ia menegaskan bahwa pelestarian budaya bukan semata urusan komunitas adat. Ia adalah tanggung jawab kolektif, termasuk unsur pemerintah.

“Budaya adalah fondasi pembangunan manusia. Jika nilai-nilainya kita jaga, maka pembangunan tidak akan kehilangan arah,” tutur Monadi dalam sesi dialog adat.

Bagi masyarakat Kerinci, Kenduri Sko adalah identitas yang harus terus hidup di tengah arus globalisasi. Di saat budaya luar masuk tanpa jeda, mempertahankan kearifan lokal menjadi bentuk perlawanan paling elegan.

Kenduri Sko Duo Luhah Pendung kali ini pun menandai semangat baru. Tidak hanya dalam menjaga tradisi, tapi juga dalam mengajak generasi muda untuk ikut serta memahami dan melestarikan. Acara ini menjadi ruang belajar, panggung kebersamaan, dan sumber inspirasi.

Dengan kehadiran pemimpin daerah yang bersanding langsung dengan tokoh adat, harapan untuk menjaga nyala api budaya kian membara. Sebab, ketika budaya dirawat, maka sebuah daerah tidak hanya dibangun oleh infrastruktur, tapi juga oleh nilai-nilai yang membuatnya hidup.

Puncak acara ditandai dengan penganugerahan gelar adat “Depati Meletap Bumi” kepada Bupati Monadi. “Gelar ini kehormatan besar bagi saya. Ini amanah yang akan saya jaga demi kelestarian budaya dan kemajuan Kerinci,” tandasnya. (Mul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *