Dilihat: 5x

Tapanuli selatan, jurnalpolisi.id

Ekosistem Batang Toru kembali menjadi sorotan akibat rencana ekspansi pertambangan di wilayah tersebut.

Para aktivis lingkungan memperingatkan bahwa perluasan aktivitas tambang di kawasan ini dapat semakin mempersempit habitat orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis), spesies langka yang saat ini berstatus Kritis menurut IUCN.

Batang Toru merupakan satu-satunya habitat alami bagi orangutan tapanuli, dengan populasi yang diperkirakan kurang dari 800 individu.

Kerusakan habitat akibat deforestasi dan aktivitas industri berisiko besar terhadap kelangsungan hidup spesies ini.

Ancaman terhadap Habitat dan Lingkungan

Laporan dari berbagai lembaga lingkungan menyebutkan bahwa wilayah pertambangan yang diperluas berpotensi tumpang tindih dengan kawasan hutan lindung serta daerah aliran sungai (DAS) yang menjadi sumber air bagi masyarakat di sekitar Batang Toru.

Selain berdampak pada keanekaragaman hayati, aktivitas pertambangan juga berisiko meningkatkan potensi bencana ekologis, seperti tanah longsor dan penurunan kualitas air sungai.

Wilayah ini tercatat sebagai salah satu zona dengan tingkat kerentanan tanah tinggi di Sumatera Utara.

“Jika deforestasi terus berlanjut, bukan hanya orangutan tapanuli yang akan kehilangan habitatnya, tetapi juga masyarakat sekitar yang menggantungkan hidup dari ekosistem hutan,” ujar seorang peneliti lingkungan yang enggan disebutkan namanya.

Pihak Perusahaan: Kami Berkomitmen pada Konservasi

Menanggapi kekhawatiran tersebut, pihak PT. Agincourt Resources, perusahaan yang mengelola Tambang Emas Martabe, menyatakan bahwa mereka beroperasi sesuai dengan ketentuan lingkungan dan telah mengadopsi berbagai langkah mitigasi dampak ekologis.

“Kami menjalankan aktivitas pertambangan dengan memperhatikan aspek keberlanjutan. Setiap eksplorasi dilakukan di luar kawasan hutan lindung, dan kami selalu melakukan kajian lingkungan sebelum mengambil keputusan,” ujar Katarina Siburian Hardono, Senior Manager Corporate Communications PT. Agincourt Resources.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa perusahaan telah membentuk Panel Penasihat Keanekaragaman Hayati yang beranggotakan pakar independen untuk memastikan langkah-langkah konservasi diterapkan dengan benar.

“Kami juga terlibat dalam berbagai inisiatif perlindungan keanekaragaman hayati, termasuk patroli konservasi dan rehabilitasi lahan usai kegiatan eksplorasi,” tambahnya.

Pihak perusahaan mengklaim bahwa ekspansi yang direncanakan tidak akan berdampak langsung pada habitat utama orangutan tapanuli.

Namun, kelompok pegiat lingkungan tetap menilai bahwa keberadaan aktivitas industri di ekosistem Batang Toru harus dievaluasi secara lebih menyeluruh untuk memastikan kelestarian lingkungan dan perlindungan spesies langka.

Sementara perdebatan terus berlangsung, nasib orangutan tapanuli dan ekosistem Batang Toru berada di persimpangan jalan.

Pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat mengambil langkah tegas dalam memastikan keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan konservasi alam.
(P.Harahap)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *