Banyuwangi – jurnatimes.com
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak se Indonesia, termasuk di Banyuwangi akan digeber tanggal 27 November tahun ini.
Meski menyisakan beberapa bulan lagi, namun frekuensi politik di Bumi Blambangan terkesan melandai.
Belum ada satupun pasangan calon bupati dan wakil bupati yang resmi mendapatkan rekomendasi dari partai politik (parpol).
PDIP sebagai juara bertahan alias pemenang Pileg di Banyuwangi belum memutuskan memberikan rekomendasi untuk calon bupati maupun wakil bupati.
Pun demikian halnya dengan PKB, Demokrat, Golkar, NasDem, dan Gerindra hingga PPP, semua parpol belum menunjuk siapa jago yang akan diusung dalam pesta demokrasi tersebut.
Padahal, sesuai jadwal, pendaftaran pasangan calon bupati dan wakil bupati dibuka mulai tanggal 27 hingga 29 Agustus nanti.
Walaupun menyisakan kurang dari tiga bulan lagi, duet pasangan calon bupati hingga kini belum pasti.
Nama-nama yang berbeda ke permukaan sampai saat ini tampaknya masih bersaing untuk berebut tiket dan berusaha melakukan lobi-lobi politik di level pusat agar mendapatkan rekomendasi.
Menariknya, sang petahana, Ipuk Fiestiandani, juga belum pernah sekalipun menyatakan kesiapannya untuk kembali maju sebagai calon bupati di periode kedua.
Tanda-tandanya, dia tidak pernah mendaftar di parpol khusus di DPC. Seperti tidak ada namanya saat DPC PDIP, DPC PKB dan DPD NasDem yang telah membuka pendaftaran calon bupati dan wakil bupati.
Ya, mekanisme pendaftaran setiap parpol memang bukan hanya bisa mendaftar di tingkat daerah, tapi juga bisa mendaftar di level pusat atau DPP.
Ini yang menarik, siapa yang punya relasi kuat di level pusat, dialah yang berpeluang mendapatkan tiket dan mandat.
Perlu diingat, jika Ipuk Fiestiandani maju sebagai calon bupati dengan mendaftar di pusat, maka dia pun dituntut untuk menentukan calon wakilnya.
Sebab, diketahui, bahwa istri Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB), Abdulllah Azwar Anas ini tampaknya sudah berseberangan dengan wakilnya, H Sugirah.
Pasalnya, Pakde Sugirah malah hendak maju sebagai calon bupati bahkan putra asli Seneporejo, Kecamatan Siliragung itu mengundurkan diri sebagai kader PDIP.
Nah, ada sejumlah nama yang digadang-gadang masuk radar jangkauan sebagai calon wakil Ipuk Fiestiandani.
Salah satunya, KH Ahmad Munib Syafaat atau Gus Munib. Duet ini dinilai cukup ideal untuk menjadi pasangan bupati dan wakil bupati periode 2024-2029.
Kita simak, jika akhirnya Ipuk Fiestiandani bersanding Gus Munib, maka duet pasangan ini bisa menjembatani semua golongan Mengingat, kedua tokoh ini bisa saling melengkapi, juga keduanya nyaris tidak pernah saling bermanuver. Tidak tampak kedua tokoh itu saling tebar psywar, bahkan jauh sebelum pilkada.
Gus Munib adalah seorang rektor kampus besar di Banyuwangi yaitu Universitas KH Mukhtar Syafaat Blokagung.
Dia juga anggota DPRD Banyuwangi tiga periode. Selain itu, Gus Munib juga salah satu pengasuh pondok pesantren besar yakni Darussalam Blokagung.
Rekam jejaknya di berbagai lini juga nyaris tidak pernah menyisakan isu miring. Sebagai politisi, dia juga bisa bekerjasama dengan lintas parpol.
Di bidang akademik, dia mampu mengangkat prestasi naik level kampus yang ia pimpin dari Institut Agama Islam menjadi Universitas.
Menjadi pengasuh pesantren, dia disegani baik oleh santri maupun alumni yang tergabung dalam wadah Al Adab yang selama ini dikenal solid.
Sekadar tahu, bahwa Bupati Banyuwangi periode 2010-2020 Abdullah Azwar Anas yang kini menjadi menteri tentu paham bagaimana peran serta dan jasa Ponpes Darussalam Blokagung.
Sebab, dia pertama kali deklarasi sebagai calon bupati saat berpasangan dengan Yusuf Widyatmoko digelar di ponpes tersebut tahun 2010 silam.
Meski begitu, pada pilkada 2020, Ponpes terbesar di Banyuwangi itu memilih jalur politik berbeda dan berseberangan dengan Abdullah Azwar Anas.
Sebab, salah satu putra pengasuh ponpes tersebut, KH Riza Aziziy maju sebagai calon wakil bupati dan berhadapan langsung dengan istri Abdullah Azwar Anas. Hasilnya, Ipuk Fiestiandani hanya menang tipis.
Fenomena dan sejarah ini bisa menjadi catatan. Jika keduanya bisa bergabung dalam duet Ipuk-Munib, maka menjadi kekuatan yang maha dahsyat dan bisa berpotensi memenangi Pilkada tahun ini.
Sebab, kedua tokoh ini memiliki barisan yang sama sama militan dan masif dengan basis berbeda.
Pada perkembangannya, skenario pasangan Ipuk – Gus Munib juga membawa harapan besar untuk Banyuwangi. Di sisi lain, Gus Munib bisa sebagai wadah kaum santri dan sarungan, sementara Ipuk mewadahi kaum nasionalis.
Duet pasangan ini bisa terjadi juga ada tanda-tandanya. Salah satunya, ketika Abdullah Azwar Anas bersama istrinya, Ipuk Fiestiandani lengkap dengan rombongan jajaran SKPD bersilaturahmi di kediaman KH Hisyam Syafaat yang notabene kakak kandung Gus Munib.
Meski hanya silaturahmi, tapi pesan yang dikandung dalam acara itu sangat besar bagi publik.
Slogan akronim kedua nama ini juga mudah diingat, yaitu IMUN (Ipuk-Munib). Istilah Imun memang viral ketika di masa pandemi corona. Jaga Imun Kita, Kesehatan Akan Terjaga! Semoga!
Sekretaris Forum Diskusi Dapil Se Banyuwangi.
Sumber – (Krida Herbayu)
Pewarta – Boby